Jumat, 29 Maret 2013

CINTA YANG TERINDAH - by : Dinda Arnelia Syahtifa


÷÷CINTA YANG TERINDAH ÷÷

Semenjak engkau hadir dalam hidupku
sebait rindu telah tersulam di jiwaku
Aksara terurai begitu
syahdu
indah nian setiap kata yang kau puisikan untukku
Guratannya menyentuh
qalbu
Ujung pena selalu menari
indah di lentik jemari
Tak jemu menguntai kata untukmu
Setulus embun nan suci
mencumbu pagiku
naungan kasihmu seindah mutiara biru
Yakinkan aku akan
ketulusanmu selalu
Ku ingin rasa kita
tetap menyatu
Ingin ku rengkuh cinta yang terindah
Raga rapuhku akan damai
dalam peluk kasih sayangmu
Kini dirimu telah termiliki
Entah mengapa rasa rindu selalu menemani
lantunan nada
cintamu mendayu di hati
Ku luahkan rasa yang ada
dalam syair dan puisi
Untukmu nun jauh
disana yang selalu ingin kusinggahi
Ku berharap kesetiaannya
padaku kan pasti
Hinggga saatnya sua nanti.


*    *      *
By. Dinda Arnelia Syahtifa
270313.

BUKAN KARENA INDAH MATAMU - by : Boy Refa Redo


BUKAN KARENA INDAH MATAMU.

Berbekal keyakinan yang sungguh
dan ketulusan rasa inginku padamu,
maka kupintallah benang-benang kasih
yang suci dari putihnya hati
yang ikhlas dari luasnya jiwa.
Yang lalu kujadikan
lembaran kain pelindungmu,
pelindungmu dari terik yang membakar jiwa.

Malam tadi engkau begitu jelas dalam pandangku
engkau menatapku,
akupun menatapmu.
Dan tenggelamlah kita dalam
hening yang menebar
debar di dada.

"Di indahnya dua bola
matamu kupuisikan
rindu."

Namun bukan karena itu sayang?
Bukan karena indahnya dua bola matamu.
Bukan itu yang membuat aku jatuh hati kepadamu,
karena caramu
memandangkulah yang membuat aku jatuh cinta kepadamu.
Kepadamu rindu-rindu kulabuh,
kulabuhkanlah biduk
cintaku di hatimu yang teduh.
.


*   *   *

TENTANG KAU YANG KURINGU - by : Boy Refa Redo


TENTANG KAU YANG KURINDU

Kekasihku...
Degup di jantungku
mengirama tak menentu
Laju memacu di kisaran detik waktu
kala rindu menggebu..
Ulurkanlah tanganmu
sayangku
mari kita sempurnakan
kisah indah tentang rindu yang lama menunggu
Kisah indah tentang
rembulan
yang merebah didada
malam
Kisah indah tentang
pelangi
yang tersembul dari
manisnya senyuman
Mari sini sayangku,
duduklah disampingku
Lalu sentuhlah jiwaku
dengan kelembutanmu
Agar gaduh dan debar
dadaku meneduh
Ketika getar-getar
cintamu basuhi kujur
tubuh..

Sayangku...
Jika aku adalah
keindahan didendang
lagumu
Maka kamu adalah
penyempurna di goresan penaku
Sebab...kamulah puisi
terindah dan ruh
pada setiap barisan
kalimatku
Seperti waktu lalu
Kala rindu memadu
dibentangan langit biru
Dan kaupun tersipu malu
Saat aku merambah
rindumu mulai dari atas dagu
Senandungkanlah
kekasihku...
Senandungkanlah nada cintamu.
Syair yang kau gubah
dengan tinta rasamu,
kini meresap keseluruh tulang belulangku
ketika aku membaca
pesanmu
di julangnya dinding waktu..
.

*   *  *

Cinta Namun Tak Memiliki - by : Boy Refa Redo


~~Cinta Namun Tak Memiliki~~

Masih jelas membayang dalam ingat
sebelum pisah merenggut cinta kita.
Senja itu kita jalan bersisian dalam diam
sementara gaduh
mengembara di belantara hati kita.

"Sayang...maafkan aku,"
hanya itu yang terucap dari bibirmu di senja yang mengharu..

Tiada pernah sedikitpun
terbesit di benakku
Tentang cinta yang
berujung pada titik beku.
Tentang cinta yang tak pernah menyatu
ketika aku ingin
mempersuntingmu.
Kita telah lama bersama
sebiduk berdua arungi laut biru
Kamu adalah aku dan aku adalah kamu
Kita satu hati satu rasa
terajut dalam benang-
benang kasih
yang telah kita sulam
menjadi lembaran-
lembaran kain
dan lalu kita beri nama cinta.
Tetapi mengapa dinding itu
begitu menjulang mega,
begitu kuat dan kokoh
menyekat lantas
memisahkan rindu dan cinta kita.. Mengapa ? Entahlah..

Cinta kita menepi tak menyampai ke tujuannya,
meski kita seiring dan
sejalan dalam langkah
namun takdir memisahkan kita.

Sayang...air mata ini sudah terlalu banyak menetes
hingga menciptakan
sebuah telaga
mari sini sayang kita memanjatkan doa berserah kepadaNya.
Semoga kelak kita dapat bersama-sama merawat dan menjaga
sekuntum mawar merah yang tumbuh di halaman rumah
kita..
.

*    *     *

PAGI YANG PUISI - by : Boy Refa Redo


~~ PAGI YANG PUISI ~~

.
Diiringi kicau burung
dan desah angin bertiup
secerah hari
terhampar di wajah pagi.
Tanah-tanah lembab
sisa gerimis semalam,
rimbunan daun-daun
nan masih di gelayuti
embun
berpagut sesungging
senyum
semaha hangat yang tergurat di bibir
mentari.
Secercah harap pun
terlontar
dari sebuah relung yang terdalam,
yang menyala
yang membara
yang berkobaran api
kehidupan.

Di pagi yang berpuisi
anak-anak padi
bercengkrama riang pada ibu ilalang.
Tubuh-tubuh hijau
rerumputan
meliuk gemulai,
serupa nyiur yang melambai
di hela angin tepi pantai.
Sementara disana

di riuhnya lautan,
deburan ombak
berhamburan,
berduyunan,
mengumbar rindu pada bongkahan bebatuan.

Dan aku,
aku mengasah sepi dengan pena

pada lembaran-lembaran putih kertas.
.

*   *   *

Minggu, 17 Maret 2013

Getar Getir Rasa - by : Budi Riyanto

Getar Getir Rasa

Masih terasa ada dan selalu ada terasa
tercicip setiap saat
setiap hari tanpa jeda
adalah rasa

Getar getir yang selalu terasa

Menghias langit-langit lidah
tersekat ditenggorokan, tertelan tidak teludahkan pun tiada
aku mengulum rasa
pahit getir yang tiada tara

Aku menikmatinya

Satu rasa yang telah kautinggalkan
sembunyi diam dibalik perasaan
hingga memupuk dendam
kau,,,telah semaikan benih itu
yang meruncing sembilu
didinding kalbuku

Berkarat kesumat

Dalam getar getir rasa
aku menikmatinya dengan lapangnya dada
walau ada tersirat kesumat
setitik rasa pahit yang kau tabur
telah menggumpal mendarah daging

Pada nadiku

Getar getir taburan rasa
aku tergigil menikmatinya
hingga menuju ajal tiba.-

*   *   *

| Jakarta, 17 Maret 2013,-

Saat Lelap Sering Kumelihatmu

Saat Lelap Sering Kumelihatmu


Rindu, aku ini memang selalu rindu.
Rindu pulang lalu tenggelam dalam matamu
di saat lelap sering kulihat bayangan tubuhmu.

Lihatlah. Aku menunggu dan menanti tiada henti
mengangankan purnama menyandingi peraduan sunyi,
menyibak kelambu mimpi
mengguratkan puisi di atas ranjang dingin dan sepi.

Terkadang aku membayangkan
suatu senja kita duduk bersisian,
pada dinding berwarna keemasan
kita melukis matahari yang sedang tenggelam.

Aku ini memang selalu rindu,
seperti keberangkatan pada kepulangan
seperti perantau pada kampung halaman
seperti perpisahan pada pertemuan
seperti kehidupan pada kematian.

Aku ini memang selalu rindu
dan ingin tenggelam dalam dua matamu
di saat lelap sering kulihat bayangan tubuhmu..
.

*  *   *

JAGA DIA UNTUKKU TUHAN - by : Boy Refa Redo

JAGA DIA UNTUKKU TUHAN


.
Di bawah guguran awan hitam
di remang cahaya pada malam buta
... aku tenggelam dalam heningnya
kupasrahkan segalanya padaMu..
Hanya padamu Tuhan
kuserahkan segalaku,
jiwaku, ragaku, hidupku.
Inginku, anganku, mimpiku..

Sedu-sedan serupa hujan
yang menetes berjatuhan.
Dalam derai haru aku seperti debu
yang ingin merengkuh cintaMu..
Pada hamparan sajadah
airmata meluruh
berguguran satu-satu
bagaikan daun-daun
yang jatuh berhelai-helai..

Di bawah langit malam
di remang cahaya
di keheningannya..
Kupintakan pada Tuhan
semoga kau sentiasa dalam lindungan..

Tuhan tolong aku, tolong jaga dia..
Aku menyayanginya sungguh-sungguh.

****
Untuk Dinda Arnelia Syahtifa..
Semoga cepat sembuh sayang...

I miss U My Love..
.

Salam @[429199410445289:1]
By Admin : Boy Refa Redo

Sabtu, 16 Maret 2013

Aku - by : Budi Riyanto

Aku

Aku terkubur rasa
hingga aku menjadi mati rasa
aku sudah lupa akan segala rasa
entah sakit hati, entah apa lagi
aku mati rasa
hingga aku jalani hidup ini apa adanya

Aku
diam, diantara dendam - dendam yang ada
mengurungku dalam kegelapan yang kelam
menikmati kematian rasa
hambar,,,,,

Usah usik bujuk rayuku
aku sudah mati nafsu
segala itu hanya fatamorgana kisah semu
biarkan,,,biarkan saja adaku
terkurung sepi mengasah dendam
entah siapa akan tertikam
ketika kilau pedang dendamku terhunus
aku berharap darah penyesalan mengucur deras
karma telah memotong nadimu
mengerang pada sebuah kesakitan
satu pengakuan penyesalan yang panjang

Aku mati rasa
hanya diam menyimpan kesumat dendam
dalam pedang yang terasah tajam
,,,,
aku menunggu waktu
dan kemudian aku tebaskan,
darah karma mengucur disela-sela penyesalan

Aku menikmati
rasamu meregang sakit hati.-

*   *   *

| Jakarta, 17 Maret 2013,-

- by : Budi Riyanto

Jangan pernah mengumbar rasa
menebar bisa sepanjang jalan
sepanjang masa,,,

Bertubi mulut mengucap kata tanpa pasti
hingga berbuih segala janji
tanpa pernah tertepati

Hidup bukan sekedar petualangan
bukan sekedar pembenaran jati diri
yang tanpa arti,,,,,

Cukuplah,,,,tanggalkan ego
duduk berdampingan, berjalan beriringan
buang jauh jerat kemunafikan
lupakan dan hapus segala pesona tanpa makna
jalani jalanan ini seperti kenyataan
yang nyata
hidup adalah nyata
maya adalah cerita sementara

Lalu,,,,
sambutlah tanganku,
kita bejalan bergandengan, menghadapi kenyataan
kubur dalam-dalam
segala kisah petualangan yang hanya menghancurkan,-


*   *    *
"aku ada untuk tetap bersama dirimu berada"

Ijinkan Aku Menciummu - by : Budi Riyanto

Ijinkan Aku Menciummu

Dikeningmu,
aku inginkan kecupku
agar hilang segala resahmu tentangku
aku masih ada,,,,
dan tak akan pernah kemana-mana
disampingmu, temani segala gundah resahmu
dan tak akan aku kisahkan lagi
tentang kersuraman
tentang kegelapan
tentang kekelaman

Ijinkan aku mencium keningmu
untuk usir segala gundahmu
karena aku tak akan kemana-mana
tetap setia disampingmu
menggapai impian kita selama ini
lalu
kita wujudkan dalam nyata

Ijinkan aku mencium keningmu
bahwa aku tulus mencitai adamu
kemarin, hari ini, dan esok lusa nanti
adamu tak tergantikan
untuk menghabiskan hari
dalam sebuah kenyataan

Ijinkan aku mencium keningmu
setiap saat, aku takut kehilanganmu,-

*   *   *

| Jakarta, 17 Maret 2013,-

Aku Ingin Bersamamu

Aku Ingin Bersamamu

Hari ini,,,
seperti beberapa hari yang lalu
atau entah beberapa bulan yang kemarin
aku masih memunguti butiran rinduku
dari debu-debu dan mengumpulkannya menjadi
bongkahan batu,,,

Ya,,,,rinduku telah membatu
dalam bongkahan batu yang mengeras

Hari ini,,,,,
aku menunggu derai-derai kasih sayangmu
mengusap belai lembut rinduku
hingga reda dan teredam rasaku
lembutmu,,,
aku menunggu usap belaimu
dan,,,
hancurkan rinduku yang membatu

Ya,,,rinduku telah melesak kedalam dadaku
hingga buatku sesak menahan rasa

Hari ini,,,,
aku menunggu belaian kasih sayangmu
hingga luluh lantakkan rindu
dalam satu rasa yang menyatu

Kembalikan rinduku, cukup menjadi debu
biarkan terbang mengawang
hilang terbawa bayu,-

*   *   *

| Jakarta, 17 Maret 2013,-

Maumu

Menjamu bayang
duduk manis diteras depan
menikmati udara pagi yang menjelang siang
ada kau suguhkan
senyummu termanis kau suguhkan
aku nikmati,,,,sejenak
hilangkan dahaga rinduku yang tertahan
namun,,,
sejuk ini terasa gersang
ketika sepoi angin panas mulai menerjang
bayamgmu hilang,,,,

Tersapu debu seiring bayu

Aku terdiam
termangu bisu, bayangmu terbawa bayu
aku menikmati sepiku
aku menghayati sunyi
senyap yang indah bagiku
walau tanpa bayangmu

Anganku melayang jauh mengawang
duduk diam hanya mengejar bayang
lalu untuk apa kita saling merindu
andai tanpa titik temu

Aku lebih menikmati sepiku
sendiri,,,,,,,,,,

*   *   *

Salam @[429199410445289:1]
salam berbagi dalam kebersamaan
_budiri_

Senjaku - by : Budi Riyanto

Senjaku

Baru saja tenggelam,,,
dengan berlinangan air hujan
dalam derainya yang bersahut-sahutan
gemuruh hujan dan gelegar petir
terpojok pada dunia yang tersingkir
menepi pada diam yang tak habis pikir

Apa aku salah,,,?
lalu salah apa aku,,,,?

Diammu membisu, jawabmu tersekat ditenggorokan
bisu,,,,,
tanpa sapa
dan waktupun berlalu
irama jam yang konstan, stabil seperti kemarin
ataupun entah kapan
detak detik berlalu berirama
meninggalkan dan menaggalkan segala kisah

Terbenam,,,,,
bersama mentari tenggelam diperaduan malam
menyimpan segala resah
potongan-potongan kisah yang lelah
rangkuman-rangkuman gundah

Indahku adalah gambaran langit malam
,,,,,kelam,,,,,,,
menyimpan luka lebam, tanpa dendam,-

*    *     *

| Jakarta, 16 Maret 2013

Salam, @[429199410445289:1] , salam berbagi kebersamaan dalam senja yang temaram

Salam,,,,
_budiri_

Selasa, 12 Maret 2013

kepadamu - by : budi riyanto

kepadamu :

ya,,,kepadamu
telah aku berjanji, dalam hati
dalam-dalam
tak akan aku menebar duri-duri
yang akan menusuk sendi-sendi hati lagi,,,,
ya,,,aku tahu
hati tak besrsendi
tapi aku tahu hati rentan tersakiti

kepadamu :

ya,,,kepadamu
telah aku berjanji
demi langit dan bumi beserta isi
aku tak akan lagi menoreh sakit lagi
pada jiwa
pada hati
karena rasa

kepadamu :

ya,,,kepadamu
aku telah berjanji
untuk mematikan segala tentang rasa
hingga sungguh aku mati rasa
entah dalam warna apa
aku telah lupa, untuk merasa

kepadamu :

ya,,,kepadamu
telah aku berjanji
untuk tak akan lagi memainkan hati
aku telah mati
dalam segala rasa

kepadamu :

aku sudah tak berharap
pada siapa-siapa lagi
dan
terhenti.-


*    *    *

Jakarta, 13 Maret 2013.-
_budiri_
Salam @[429199410445289:1], salam berbagi kebersamaan,-

Senin, 11 Maret 2013

------ by : Budi Riyanto

Lelakuku
------------

Ketika Merpati, selalu tepati janji
dan tak pernah mengingkari
Ketika sang Elang terbang, selalu setia pada pasangan

Lalu apa aku dimatamu,,,,

Lelaki tanpa belas kasihan
lelaki dengan lelaku setumpuk kebohongan
lelaki dengan lelangkah lelembaran kekosongan

Ketika Merpati selalu datang tepat waktu
dan tak pernah lupa waktu
Ketika sang Elang selalu pulang menjemput pasangan

Lalu dimatamu aku apa,,,,

Lelaki tanpa mengenal waktu, hingga lupa akan waktu
lelaki dengan lelaku ketidakpastian
lelaki dengan lelangkah lelembaran ketololan
menyiakan adamu,,,,,

Aku
dengan keakuanku

Entah seperti apa dimatamu
mauku mengertikanmu
seperti maumu mengertikanku

Aku
adalah lelakimu, dengan segenap kelakuan kelelakianku.-

*   *    *

| Jakarta, 12 Maret 2013.-

Salam @[429199410445289:1], salam berbagi kebersamaan,-
_budiri_

Sabtu, 09 Maret 2013

Ketika Kau Tahu Aku - by : Budi Riyanto

Ketika Kau Tahu Aku
Oleh : Budi Riyanto

Ketika kau  tahu aku,,,
pada suatu saat, disebuah ketika
lalu kau tahu adanya aku
,,,,lelaki menjelang senja
yang mendulang sepi ditengah keramaian
akankah kau berjalan menghindar,,,,?

Pelan-pelan meninggalkan goresan,,,,,tanpa pesan

Tak apalah,,,,
aku sudah sediakan segala penawar rasa
dari rasa sakit
hingga rasa kecewa
aku simpan penawarnya
,,,,,karena aku telah mati rasa sebelumnya

Ketika kau telah tahu aku,,,seperti ini adanya
,,,,tak apalah kau melupakan adaku
aku telah siap,,,,jauh-jauh hari sebelum itu terjadi
nadiku sudah teraliri segala imunisasi rasa sakit,,,,
sakit hati dan kecewa,,,,,,

Ketika kau telah tahu aku,,,,
adalah lelaki renta diujung senja
yang hanya mematung menunggu malam tiba
abaikan,,,,,abaikan saja

Aku telah mati rasa,,,,
,,,,walau masih punya cinta,,,,,

*    *    *

| Jakarta, 10 Maret 2013.-
_budiri_

Selasa, 05 Maret 2013

WANITA KENANGAN - by : Ladu Tea Bintang

WANITA KENANGAN
Oleh : Ladu Tea Bintang


"Maafkan aku ibu, jika aku harus pergi meninggalkanmu tanpa kata-kata dan coretan air mata tinta, hatiku kini terluka, teriris tajamnya asmara penghianatan cinta, cinta yang ibu pilihkan buat ananda, kini telah menjadi sejarah kepahitan yang membekas dan tak mungkin sekejab kulupakan" aku tak ingin menemui ibu untuk sementara waktu, walau terkadang kerinduan selalu mengajakku pulang mememuinya. Sepekan sudah aku tak mendengar suara ibu yang biasanya menemaniku diruang sepi. Bagaimana keadaanmu ibu? Apa kau masih menganggap aku anakmu?
Hasrat hati ingin melupakan kenangan pahit itu disepanjang perjalananku ke pulau garam, pulau yang selalu ramai terdengar derap langkah kaki karapan sapi dan celotehan air laut pasang surut yang selalu menghias hari-hari sepi. Namun, aku merasa risih memandang wajah tembakau yang murung menunggu hujan datang esok hari; gersang tak henti-henti.
Perjalanan masih panjang, baru seperempat kenangan yang mampu kusayat, sedang langkah sudah mulai gontai, tenggrokan sudah terasa kering kehausan, ingin sekali kuteguk secangkir kopi susu dan kubakar sebatang rokok eceran yang sudah kubeli di toko sebelah kanan pinggir jalan.
“Inilah kenangan” Segala hal yang pernah singgah dalam perjalanan akan menjadi ingatan yang tak mungkin terlupakan,
Kakiku kini memijak tahah gersang bagian timur, Sumenep. Sayup-sayup kulihat bayang seorang wanita melintas ditepian pesisir pantai lombang, pantai yang terletak diujung kota Sumenep. Indahnya nampak dipelupuk mata yang tak bisa menghindar dari medan perang ombak dan batu karang, pantai itu dikelilingi bunga-bunga merekah beserta hiasan kupu-kupu yang menari-nari diatasnya. Baru kali ini aku melihat pantai yang begitu indah menghipnotis mataku yang memandang kosong, apalagi seorang wanita berparas jelita bermain disana, tak pernah ada isyarat dalam mimpiku untuk hal itu, kini dalam benakku wanita itu sudah seakan menjelma menjadi bidadari yang bergelantungan dilangit-langit dipikiranku. Padahal baru kali pertama aku melihatnya. Aduh, degup jantung semakin cepat, perasaan ingin kenal selau mendorongku untuk menyapanya tapi tak ada daya melantunkan secebis kata-kata, aku hanya bisa mengintipnya dari semak-semak tumpukan belukar yang ada didekat pantai itu, rasa penasaran memburu perasaan, terkadang kulihat dia sedang bercanda bersama ombak dan ikan-ikan yang membuatnya tersenyum sendirian. Nekat, kukirimkan salam tanpa kata-kata lewat angin yang berhembus membawa rindu kehati.
aku hanya bisa duduk sendiri diatas batu mengingat-ingat kembali masa lalu yang masih menyisakan perih dan pedih sampai saat ini "Tidak, aku tak boleh mengenal wanita itu, tak akan kubiarkan seorang wanitapun bisa bermain kembali diperaduan cintaku, aku teratama dihianati, lebih baik kubiarkan taman hati kosong tak ada bunga cinta yang merekah dari pada harus menahan sakit setelah tertusuk durinya kembali, hatiku telah hancur-lebur, luluh lantak karenanya, sehingga semuanya tertutup buat wanita, penghianat cinta" Trauma, kini hatiku berselimut benci, bahkan telah mengubur dalam-dalam karisma wanita.
"Wanita tak segan membuat pengagumnya terluka, masinis cintanya tak segan mengiris-iris rindumu, dengan sebilah kecemburuan dan semanis racun kata-katanya, bahkan wanita lebih kejam dariapa yang pernah aku pikirkan selama ini, bangsat." pantaslah hati ini untuk mengubur namanya.
Tapi, aku sadar, segala sesuatu bisa berubah kapan saja, tak terkecuali hatiku yang sudah lama memendam kebencian yang berkepanjangan, sehingga kuanggap setiap cinta seorang wanita adalah onak duri yang bisanya hanya menyakiti, dan tak bisa memberi sebuah keindahan yang abadi.
Ombak menderu sahdu hancurkan ragu yang melilit hatiku, sesaat setelah itu wanita yang pernah kulihat tiba-tiba muncul dari sebrang jalan, kuberanikan diri meyapanya lewat senyum mengawali perkenalan, tubuhku mulai mendekat pelan laksana siput terasa berat membawa beban, aku pun terhanyut dalam gemerlap khayalan yang jauh, kubawa dirinya melintasi jagat raya, kuperlihatkan rembulan kala tersenyum merekah dibawah arasi malam, dan kerlipan mata bintang kutangkap untuk kupersembahkan. Ah, semua sia-sia setelah sinar matahari diperaduan siang datang merenggut khayalan.
Mengaup sejenak dibawah pohon ristan, sesaat setelah gerimis megundang bumi bernyanyi bersama hujan. ribuan harap mengepung hati, "Semoga wanita itu juga berteduh ditempat yang kupijak saat ini". Detik demi detik terasa cepat menjemput menit digubuk waktu, semua berlalu begitu tak terasa. Tapi, wanita cantik itu masih bertahan dibawah guyuran hujan yang semaki lama semakin mengalikan air matanya, aku merasa iba melihatnya basah kuyup kedinginan, hingga akhirnya hati memaksa kaki untuk melangkah menghampirinya, selangkah aku mendekatinya dua langkah ia menjauhiku, entahlah mungkin rasa malu menguasai diriya sehingga setiap langkahku ia pungkiri dan ditinggalkannya pergi.

##############

Bagaimanapun juga aku harus mengobati luka hati ini, walau harus memenjarakan cinta yang suci dari segala cinta yang sering kali menyakiti, sementara atau untuk selama-lamanya. Tapi dari mana aku harus memulai mencari penawarnya? Atau Mungkin aku akan berdiam diri saja menunggu angin membawanya pergi kearah dimana semuanya akan terlupakan ? Atau bahkan aku harus mengulang cerita cinta yang selama ini telah ternoda. Aku akan merasa bersalah jika aku telantarkan cintaku sendirian dijalan kebencian. padahal kehadiranya merupakan percikan-percikan keindahan yang tak semua orang bisa menikmatinya. Mungkin aku yang salah menilainya "Tuhan, aku telah lalai menjalankan tugas-Mu untuk menjaga cinta yang selama ini telah Engkau karuniakan, kini aku tak bisa lagi merasakan aura keharumannya, mendengarkan celotehanya, dan memeluk kesejukannya, hanya duka yang tersisa karenanya, maafkan hamba-Mu ini, izinkanlah aku memupuknya kembali ditaman hati yang sudah lama gersang setelah dihianati, amien"
Cinta adalah satu-satunya rasa terindah yang ada dalam setiap degup nafas manusia, dan cinta itu akan terasa setelah ia bisa merebahkan dirinya dalam peraduan yang sama, begitulah kata pemujanya. Namun, jauh berbeda seperti cintaku yang gugur sebelum kuncup-kuncup keindahanya kurasa, jiwa gersang, hati luluh lantak menahan sakit karma penghianatan. Memang benar apa yang pernah Khalil Gibran katakan sehingga meninggalakan bekas cahaya putih dalam jiwa, cinta adalah membagi, memahami, memberikan kebebasan, menjawab panggilan dan cinta adalah kehidupan, jangan dikira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun, cinta adalah anak kecocokan jiwa, jika itu tiada pernah ada, cinta tak pernah tercipta dalam hitungan tahun dan abad.
Aku tak ingin lagi mengenangnya, biarlah semua berlalu seperti air mengalir, perasaanku pada seorang wanita kini benar-benar telah tertutup kebencian, dan kepercayaanku pula telah pudar ditelan dusta-dustanya sendiri.
"Ibu, kerinduan demi kerinduan mengepungku untuk selalu mengingatmu, aku sadar, menahan tangis dalam kerinduan yang mendalam adalah siksaan perih perpisahan, namun akan lebih perih lagi jika aku harus pulang menemuimu masih tegak kokoh dalam pilihanmu itu, setiap kali aku ingin memejamkan mata aku selalu berdo’a agar bisa menemuimu walau hanya sekejap saja, dalam lamunan atau dalam mimpi yang tak nyata. Ibu, sedikitpun obat luka belum kutemukan dalam pengembaraanku ini, melainkan hanya seberkas kenangan yang mengusik perhatianku, maafkan aku ibu jika berlama-lama dipulau garam ini" besit hati yang terisolasi.
Kesekian kalinya pantai lombang itu terlihat dihadapanku, masih sama seperti biasanya, nyayian ombak selalu menghias sepinya. Sendiri aku berdiri ditepiannya tak jauh dari pohon ristan yang selama ini aku kenal, kulihat burung-burung bermain dalam rimbunya, sembari menikmati suguhan angin yang sejuk menerpa tubuhku, kucoba melempar batu ketengah - tengah sana, kuikuti gelombang ombak yang berlari kearahku, sembari memaku pandangan dan terlihat jelas bayang-bayang wanita bejilbab melangkah ketengah pantai, aku pun semakin memaku pandangan. Sejenak, degup jantung berlarian adu cepat dengan keringat dingin yang mengeliat ingin keluar dari peraduan kulit,
"Wanita itu lagi, wanita aneh, tidak mau dikasi hati" suaraku sedikit sinis, terkait ingatankun pertama kali bertemu dengannya lalu ditinggalkanya pergi tanpa sapa. Dia berjalan lurus ketengah, aku tahu pantai itu pernah menyimpan mistis, menurut cerita yang aku dengar pulau itu terkadang meminta korban dengan cara mentidak sadarkan korbanya untuk meneggelamkan diri, tak kuhiraukan wanita itu "alah, paling-paling dia hanya ingin mengundang perhatianku saja, setelah kudekati pasti ia akan kembali lagi kepesisir, sama seperti waktu itu, wanita itu memang aneh", setinggi dadanya air meneggelamkan tubuhnya, hatiku mulai khawatir dengan wanita itu walau sebelumnya tak sedikitpun ada rasa perhatian padanya. Sedang air sudah sampai selehernya dan hanya tinggal hitungan detik dia akan tenggelam, seketika itu hatiku mendorong tubuh untuk terjun menyelamatkamnya.
"jebur” Tak ada suara teriakan sedikitpun membesuk telingaku hingga akhirnya wanita itu tengelam, aku semakin mempercepat dayungan tangan agar bisa menyelamatkannya.
Alam menjadi tegang, angin membisu dan dedaunan terpaku menyaksikan kejadian itu, alhamdulilah, aku bisa membawanya kedaratan meski ia sudah kekenyangan dengan air hingga tidak sadarkan diri "apa yang harus aku lakukan?" wanita itu masih dalam timaganku, tumpukan rasa panik semakin menjulang tinggi, pikranku buntu jika aku harus berpikir antara menolongnya dan melakukan larangan-Nya, astaufirullah aku melihat wanita itu sudah tanpa kerudung, kuperas pikiran mencari cara bagaimana untuk menyelamatkannya, teriakanku sudah menyeruak disetiap sisi kesepian disana. Namun, tak seorangpun kulihat, tak ada sebesit suarapun yang kudengar kecuali suara menerjang bendungan. Jika dibiarkan begitu saja mungkin hari ini adalah hari terakhir sinar matahari meyaksikan wujudnya sekaligus menjadi kenangan pahit dihatiku.
Secepatnya aku harus menguras air diperutnya. Tapi, dia masih tersungkur lemas tak bergerak sedikitpun walau sebagian besar air dalam perutnya sudah keluar, kehawatiran semakin memuncak saat sepuluh menit berlalu, kupegang tanagnnya kurasakan urat nadi yang masih berdetak, petanda dia masih hidup, sejam kutunggu dia sambil menikmati dinginnya baju yang masih basah kuyup karna menyelamatkannya. Masih seperti sedia kala, malah urat nadinya semakin lamban berdetak. Aku khawatir.
Terpaksa aku harus meletakkan bibir kering ini diatas bibir merahnya, untuk sedikit memberinya nafas buatan. Aduh, semua menjadi aneh, sinis, cemburu melihat aku, hanya satu kata dalam hati, biarlah seisi alam ini membenciku asal aku tak menggunakan kesempatan dalam kesempitan.
Kini matanya mulai meyaksikan alam kembali, kepalanya masih diatas pangkuanku, dia merasakan pusing, dan seketika dia bangun dari pangkuanku, dia merasa takut karena aku duduk memangkunya.
"Siapa kamu" sapanya gugup, aku jawab dengan senyum belaka, aku tak ingin dia tahu siap sebenarnya aku ini, biarlah aku membungkam seribu kata sambil menyaksikanya pergi menjauhi tatapan mataku.
Tapi aku bersyukur karna akhirnya hati ini bisa juga bisa terbuka menerima sosok wanita yang selama ini kusangka sudah menelantarkan dan mempermainan cinta, sehingga aku hanya bisa berteman dengan sepi kala tersakiti, sepiku sendiri.
Kehidupan ini terkadang berubah seperti roda berputar, kebahagian tak lekang dari penderitaan, keindahan tak mungkin bisa menjauh dari kesedihan, semua seperti dua sisi yang saling bertentangan dan selalu bergelindan dalam setiap kehidupan.
Hanya selarik nama yang bisa aku ingat saat dia berkata dalam separuh ketidak sadarannya, “Asmarani”. Akupun akan menyemainya dalam hati sebagai salah satu obat perih yang kucari selama ini..

*     *    *

Kiriman member TEMBANG JIWA : Ladu Tea Bintang

Jumat, 01 Maret 2013

ISTIKHARAH CINTA - by : Siti Saharah

ISTIKHARAH CINTA
Oleh : Siti Saharah


♥ ISTKHARAH CINTA ♥

Dirimu bertahta dihatiku..
Kusebut dalam tiap Doaku..
Yang mengalu dalam tiap Istkharahku..
Untukmu calon imamku..

Dalam penantian suci..
Dalam indahnya Istikharah diri..
Berharap semua terjadi..
Bila tiba masanya nanti..

Ada bulir bulir Rindu..
Yang selalu tertuju..
Membuat berlinang airmataku..
Bila ingat adamu...

Tuhan
Akankah rasa ini nyata..
Menyatukan cintaku dan cintanya..
Hanya dalam tiap Doa
dalam istikharah cinta..
Kuberani meminta...
Dipertemukan dengan dia..
Calon imam yang kupinta..

Tuhan..
Jika memang adanya jauh untukku..
Dekatkan dia atas RidhoMu..
Jika memang adanya sulit untuku..
Mudahkan dia atas IjinMu..
Jika memang dia bukan yang terbaik untukku..
Berikan satu yang pasti yang terbaik menurutmu..


Hanya padamu..
Kumeminta..
Satu yang terbaik untukku..
Dalam tiap istikharah cintaku..


♥ SS ♥